PENGALAMAN BURUK BODY SHAMING

by - Februari 08, 2019

Assalaamu'alaikum!




Manusia dilahirkan dengan berbagai bentuk tubuh yang berbeda. Kurus, gemuk, tinggi, pendek, kulit putih, kuning langsat, sawo matang, kulit hitam, rambut lurus, keriting, bergelombang, panjang pendek, warna mata hitam, coklat, dan lainnya. Kita semua adalah unik, memiliki ciri khas sehingga orang dapat saling membedakan satu sama lain. Bagi yang kembar, pasti dari kalian punya ciri khas masing-masing, bukan?

Tak ada manusia yang sempurna. Namun, sampai detik ini masih ada orang yang "menuntut" kesempurnaan dari berbagai aspek. Salah satunya yang paling banyak adalah mengenai fisik. Menurut banyak orang (mungkin bisa dibilang 'pada umumnya?') definisi manusia yang "sempurna" yang sering dibicarakan adalah kulit putih, mulus tanpa noda, bertubuh langsing atau atletis badan kekar kalau cowok, rambut panjang tergerai indah, dan lainnya. Oleh karena itu, kalau ada orang yang 'tidak memenuhi' kriteria manusia yang sempurna secara fisik, tak jarang mengalami bully-an mengenai keadaan fisik yang tak sempurna atau istilahnya Body Shaming.

Body Shaming adalah perilaku mengomentari bentuk fisik diri sendiri atau orang lain tapi dengan cara yang negatif. Kasus ini memang sedang marak di jagat dunia maya. Tak hanya orang biasa kayak kita-kita begini bisa mengalaminya, bahkan beberapa artis pun mengalami body shaming oleh mulut dan jari-jari pedas netizen. Dampak dari body shaming (atau kasus perundungan yang lain) sangat membahayakan jiwa seperti rasa tidak percaya diri, depresi, menutup diri dari lingkungan, yang paling parah adalah bunuh diri.


Saya adalah korban BODY SHAMING

mungkin kalau difoto terlihat biasa aja, tapi ini udah gemuk banget loh!

Kalau saya sendiri.................ya.......bisa dibilang saya adalah KORBAN body shaming, bahkan sampai detik ini saya menulis postingan kolaborasi dengan Kak Ros. Okay, saya akui saya bukanlah manusia sempurna apalagi dengan bentuk fisik yang sempurna. Saya GEMUK dengan tinggi badan 167 cm dan berat badan 76 kg. Ya, saya segemuk itu kalau dari segi kesehatan. Dari kecil saya udah gemuk banget karena doyan makan. Tak heran bila saya selalu menjadi bahan olokan dari teman-teman saya, apalagi kepribadian saya yang................"gitu" lah ya, melengkapi bahan olokan yang makin menjadi-jadi. Saat SMP, bullying maupun body shaming semakin parah yang saya terima, terutama saat kelas 7 SMP, mungkin juga karena saya "berbeda" dibandingkan cowok kebanyakan. Namun, lama-kelamaan bullying yang saya alami berkurang karena (Alhamdulillah) saya adalah murid yang tergolong pintar (boleh lah yaa sombong dikiit).

Namun, dampak dari segala perundungan dan body shaming benar-benar saya rasakan hingga sekarang. Mungkin bagi semua yang sering liat-liat blog saya sudah tahu kalau saya mengalami DEPRESI (bukan bipolar disorder sih, hehe) hingga sempat berobat ke psikiatri. Awalnya, selama itu saya hanya memendam perasaan kesal dan sedih ketika mendapat bullying dan body shaming dalam hati saja, tapi saat SMA tiba-tiba karena suatu yang menyakitkan hati, inilah awal mula depresi yang saya rasakan, seolah-olah semua rasa kesal yang saya pendam semua karena berbagai perundungan yang saya terima jadi "tumpah" dan terlampiaskan amarah saya. Tak heran kalau saya selalu melampiaskan emosi dan curhat di media sosial (kadang-kadang sampai sekarang sih)

Baca juga : "Berobat ke Psikiatri"


BODY SHAMING "jaman now"

Sampai sekarang saya masih mendapat body shaming dari orang lain bahkan dari orang di dunia maya yang bahkan saya tak kenal. Berbagai komentar pedas mengenai tubuh yang saya alami bermacam-macam, yang paling saya ingat adalah dari tetangga-tetangga saya. Saat saya sedang kurusan karena program penurunan berat badan, banyaaaaakkkkkk banget tetangga saya yang bilang "Mas Damar lagi SAKIT ya? Kok kurusan?" tapi emang kalau diperhatikan lagi dulu saat sedang kurusan memang terlihat "sakit" sih karena jauh lebih pucat dibanding kalau saya gendutan seperti biasanya (mungkin karena saya terkenal sebagai cowok gendut). Namun, kalau udah gendutan kayak sekarang gini, mereka bilangnya "tambah gemuk sekarang!" sambil memegang bagian bahu saya seperti saya itu "lucu dan menggemaskan" kalau gendut. Rasanya kayak serba salah gitu. Kurus, kayak orang sakit. Gendut, malah lucu dan menggemaskan. Ditambah lagi kulit saya yang mudah berjerawat, setiap muncul satu jerawat, pasti banyak yang bilang "sudah punya pacar ya?" dan menurutku itu paling menjengkelkan karena penyebab jerawat bukanlah itu!!! Atau "kok jerawatan?" yang juga sering saya terima dari keluarga besar atau tetangga bahkan!

Kalau berbicara body shaming jaman sekarang, selain dilakukan oleh netizen bermulut dan berjari pedas nan maha benar segalanya, tapi tahu nggak siapa pelaku body shaming paling parah yang kamu alami? Kalau saya pribadi, pelaku body shaming terparah adalah (maaf banget yaaa saya harus sebutkan ini) adalah KEDUA ORANG TUA SAYA dan DIRI SENDIRI.

Kenapa DIRI SENDIRI? Tanpa sadar kita memiliki "critical inner voice" yang (kadang-kadang) mengomentari tentang tubuh kita yang membuat kita merasa insecure dengan keadaan diri kita sendiri. Pas kita lihat di cermin, kadang-kadang kita berpikir seperti "aku kok gendutan ya?", "kok aku iteman ya?", dan lain sebagainya. Saya pun juga merasakan seperti itu. Jujur aja, sekarang saya insecure dengan warna kulit saya karena warna kulit saya sekarang cenderung sawo matang padahal dulu waktu kecil saya bisa dibilang putih banget kayak orang chinese gituu, beneran! Sampai sekarang saya menggunakan skincare dengan embel-embel whitening, lightening, menghilangkan noda dan bekas jerawat, dan sebagainya. Saya nggak ingin hasil mencerahkan wajah yang instan, yang penting kulit cerah dan sehat, gitu aja udah cukup sih.

Nah, kalau ORANG TUA SAYA SENDIRI. Mohon maaf aja nih, kalau boleh curhat di sini. Saya DIMARAHI HABIS-HABISAN oleh Bapak dan Ibu saya karena memiliki badan yang sangat gendut. Alasannya sih karena kesehatan. Beberapa anggota keluarga saya sering sakit bahkan ada yang meninggal mendadak karena dampak dari obesitas. Itulah yang tak diinginkan orang tua saya. Bahkan beliau mengancam kalau saya tidak segera kurus, uang saku saya akan dipotong dan tidak boleh pulang kampung sampai sukses menurunkan berat badan. Setiap kali saya makan terlalu banyak, Bapak Ibu saya pasti marah besar, ngemil yang tidak sehat sedikiit aja marah-marah deh.

Jujur hal ini membuat saya jengkel setengah mati, dan tentu saja DEPRESI BERAT. Sampai saat ini saya masih berpikiran untuk mencari cara untuk diet secara instan karena (terkadang) orang tua saya menuntut perubahan signifikan untuk menurunkan berat badan yang sesegera dan secepat mungkin. (Jujur juga, saya nangis saat menulis ini).


Sisi "BAIK" BODY SHAMING

Sejenak merenung tentang amarah dari Bapak dan Ibu mengenai body shaming beliau pada saya. Lama-kelamaan, saya menyadari ada "sisi baik" dibalik body shaming yang saya alami saat ini. Obesitas yang saya alami saat ini memang berdampak buruk bagi kesehatan saya (kapan-kapan saya bikin postingan tentang dampak buruk dari obesitas yaa!). Saya jadi gampang capek dan kadang-kadang dada terasa sesak serta napas pendek. Jadi, perlahan saya mulai mengurangi porsi makan terutama sumber karbohidrat, protein, dan lemak, serta menambah porsi sayuran dan buah-buahan. Serta emang mulai rajin olahraga sih walaupun cuma bersepeda dan mengikuti tutorial senam atau yoga lewat youtube channel  SKWAD FITNESS (ya, saya nggak suka ke tempat gym karena terlalu 'statis' dan membosankan buat saya sebab saya "nggak bisa diam" orangnya, hehehe)

Jadi, pelajaran dari body shaming adalah segala bentuk perundungan juga body shaming sebenarnya adalah suatu kritik supaya kita jadi lebih baik lagi. Asalkan, kritik itu disampaikan dengan cara yang baik, sopan, dan polite sehingga orang lain bisa menerima masukan kita dengan baik. Lebih bagus lagi kalau misalnya niiih, kamu mengajak dan menyemangati teman kamu yang gendut contohnya untuk olahraga bareng, atau kalau temanmu punya kulit yang berjerawat (by the way, berjerawat itu termasuk 'penyakit' yang nggak sehat bagi kulit lho!) mungkin bisa memberi masukan produk skincare  atau diet sehat gituu tapiiiiii asalkan tetap SOPAN.

Kita sebagai manusia yang memiliki ciri khas dan berbeda dibandingkan manusia yang lain pastilah tidak sempurna. Maka dari itu, pesan dariku yang sudah lelah dengan body shaming (because I feel you, it's so heart broken), "JUST BE TRUE YOU!". Jadi dirimu sendiri saja, abaikan segala kritikan pedas yang tak enak untuk didengar dan dimasukkan hati. Kadang-kadang, kita perlu bersikap bodoh amat kok!

Sebelum mengakhiri postingan kali ini. Saya ingin merekomendasikan kalian untuk membaca buku karangan kak Ucita Pohan yang berjudul "BICARA TUBUH" yang berisi puisi-puisi mengenai tubuh kita sendiri agar kita lebih mensyukuri tubuh kita dan mau "mendengarkan" tentang tubuh kita sehingga jadi lebih sayang tubuh kita dan tentu saja diri sendiri. Tenang, ini bukan promosi atau apapun, tapi nih buku SEBAGUS ITU untuk kita baca dan maknai pesan buku itu. Setahu saya buku itu ada di Gramedia, bahkan udah ada di Play Store Google loh!




Oh ya, saya juga ingin berbagi tentang video youtube yang membahas tentang insecurities yang dialami oleh beberapa blogger dan influencer kayak Kak Andra Alodita atau Kak Lizzie Parra



Semoga postingan ini bisa jadi "pembuka" mata hati kita tentang body shaming dan penyemangat juga bagi yang mengalami perundungan. Saya ingin kita saling cerita dong tentang body shaming yang pernah kalian alami dan bagaimana cara kalian menghadapi body shaming itu. Tulis di kolom komentar yaa! Oh ya, jangan lupa untuk membaca pengalaman buruk body shaming Kak Ros yaa!


Wassalaamu'alaikum!

You May Also Like

2 komentar

  1. Pernah banget waktu masih gadis hehhehe :D apalagi kan saya punya kembaran jadi orang-orang ada tendensi untuk membanding-bandingkan seperti "ah gampang bedainnya soalnya kamu lebih gendut." (-_-)

    Parahnya lagi waktu saya tugas akhir pas kuliah S1, saking stresnya saya jadi jerawatan, terus ada yang bilang "oh bandingin kamu sama kembaran kamu sih gampang, kamu yang jerawatan kan." Jleb. Saya yang dikata-katain tapi kembaran saya yang marah besar lho :D Alhamdulillah pas tugas akhir beres, jerawat juga 'beres' dan hilang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah repot yaaa kalau dibandingin sama kembaran sendiri. Jangankan sama saudara sendiri, dibandingkan dengan orng lain oleh orang tua kita (misalnya) udah bikin 'sakit hati' kan? Tapi semua bakal baik-baik aja hehe

      Hapus